Mahasiswa PAI dan Muamalah IAITF Dumai Gelar Praktik Tepung Tawar dengan Adat Pernikahan Melayu ditaja oleh Tengku Mahesa Khalid

Iaitfdumai.ac.idKampus Dumai Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin (IAITF) – Dumai, 5 Juni 2024 Mahasiswa semester II Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Muamalah Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai melaksanakan praktik tepung tawar sebagai bagian dari mata kuliah Adat Istiadat Melayu. Kegiatan ini berlangsung di lapangan hijau dan ruang kelas kampus IAITF Dumai, dibimbing langsung oleh dosen Tengku Mahesa Khalid, M.M. dan dihadari juga oleh wakil rektor IAITF Dumai, Dr. (can) Windayani, M.Pd. Acara ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa tentang tradisi dan budaya Melayu, khususnya dalam konteks adat pernikahan.

Praktik yang diadakan pada hari Rabu ini terdiri dari berbagai sesi yang mencerminkan adat pernikahan Melayu, termasuk sesi Adat Pernikahan Melayu, Adat Tepuk Tepung Tawar, Adat Berarak, Tukar Tepak, Lempar Beras, Silat Pengantin, hingga Pantun Pembuka Pintu sampai Bersanding.

Sesi Adat Pernikahan Melayu

Acara dimulai dengan sesi Adat Pernikahan Melayu, di mana mahasiswa diajak untuk memahami rangkaian upacara dan simbolisme yang ada dalam tradisi pernikahan Melayu. Tengku Mahesa Khalid menjelaskan makna di balik setiap tahapan upacara, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan.

Adat Tepuk Tepung Tawar

Selanjutnya, sesi Tepuk Tepung Tawar dilakukan dengan penuh khidmat. Mahasiswa mengikuti tata cara tradisional menggunakan air bunga, daun sirih, dan beras kunyit. Prosesi ini melambangkan doa dan berkah bagi pasangan yang akan menikah. “Tepung tawar adalah simbol penyucian dan pemberian restu, sebuah tradisi yang sangat kental dengan nilai-nilai spiritual,” ungkap Tengku Mahesa Khalid.

Adat Berarak dan Tukar Tepak

Mahasiswa kemudian melanjutkan dengan Adat Berarak, di mana mereka mensimulasikan prosesi arak-arakan pengantin menuju tempat bersanding. Ini diikuti dengan Tukar Tepak, yaitu pertukaran hantaran antara kedua belah pihak keluarga pengantin sebagai tanda pengikat dan persetujuan.

Lempar Beras dan Silat Pengantin

Sesi Lempar Beras dilakukan dengan simbolisme memberikan berkah dan keberuntungan kepada pasangan pengantin. Mahasiswa kemudian menampilkan Silat Pengantin, sebuah pertunjukan seni bela diri tradisional yang mengiringi acara pernikahan, menunjukkan kekuatan dan keberanian.

Pantun Pembuka Pintu sampai Bersanding

Acara diakhiri dengan sesi Pantun Pembuka Pintu sampai Bersanding. Mahasiswa berlatih menyampaikan pantun, sebuah tradisi lisan yang penuh dengan kearifan lokal dan menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara pernikahan Melayu. “Pantun adalah cara kita menyampaikan pesan dengan indah dan penuh makna, sebuah warisan budaya yang harus kita lestarikan,” ujar Tengku Mahesa Khalid.

Para mahasiswa menunjukkan antusiasme tinggi selama praktik berlangsung. Mereka aktif berpartisipasi dan berinteraksi dalam setiap sesi, menunjukkan rasa ingin tahu dan semangat untuk mempelajari budaya lokal secara mendalam. Salah satu mahasiswa, Ahmad, menyatakan, “Kegiatan ini sangat berharga bagi kami untuk memahami dan menghargai budaya Melayu. Melalui praktik langsung, kami dapat merasakan makna dan keindahan tradisi ini.”

Praktik tepung tawar dan rangkaian adat pernikahan Melayu ini diharapkan dapat memperkaya wawasan mahasiswa mengenai warisan budaya lokal dan menginspirasi mereka untuk terus melestarikannya. Dengan bimbingan dosen Tengku Mahesa Khalid, M.M, kegiatan ini berhasil memberikan pengalaman belajar yang mendalam dan menyeluruh bagi seluruh peserta.

Written by 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *